Silhouette : more than just a shadow

.image taken from many sources.

Silhouette : more than just a shadow

.image taken from many sources.

Silhouette : more than just a shadow

.image taken from many sources.

Silhouette : more than just a shadow

.image taken from many sources.

Silhouette : more than just a shadow

.image taken from many sources.

Friday, April 4, 2014

Ingin

Sengaja atau tidak,kini aku terjebak disini,terduduk didepanmu.

Ingin namun tersipu,dan kulihat kaupun begitu.
Kurasa kita tlah tahu,mengapa mata tak bertemu?

Hanya lantunan lagu,yang berbalas rindu.

Terkadang langit mengundang mata,sama seperti bumi yang mengundangmu.

Ingin bersedih namun tak ada yang menyedihkan,sama seperti senang yang tak beralasan.

Degup kencang saat bayangmu terlihat di ujung mata,yang melirik. Pun keringat yang menetes, saat kita tak saling berbisik.

Kenapa tak saling kita teriakkan,parau.

Aku inginkan,kau.

Kering

Monday, March 31, 2014

Parental Guidance

Ilustrasi - kritik untuk lemahnya pengawasan orang tua terhadap konsumsi media anak-anaknya.

Matikan TV



Matikan TV - Repro dari google image, enjoy :)

Sunday, March 30, 2014

Trance

Sekelebat yang aku ingat, tadi aku berebut channel televisi dengan si bapak, dan aku boleh berbangga hati.

Trance,film yang menarik perhatian karena bertema psikologi,tema yang beberapa waktu ini menjadi candu bagiku,dan seperti candu,kalian tidak berniat untuk menghabiskan atau memahaminya secara keseluruhan.

Dengan latar belakang cerita kriminal,pencurian lukisan tepatnya,cerita ini membawa penontonnya untuk bertanya-tanya sepanjang film,tentang siapa,dimana,kapan,motif,cara,dan lain sebagainya,sebenarnya sangat khas film yang berlatar kriminologi.
Seperti biasa,jangan mengharap ringkasan,spoiler atau apapun disini,karena aku hanya menceritakan perasaanku setelah melihat film tersebut.

Kagum,setidaknya rasa itu yang sering muncul sepanjang film,kagum karena ketelitian naskah,adegan, kagum oleh totalitas aktris dan aktornya,bahkan sampai kagum pada diri  karena jalan cerita yang tertebak di tengah cerita,meskipun tidak 100% tepat.

Beberapa adegan memang terlihat too good to be true, dan too awesome to be true, serasa tidak mungkin hal seperti itu terjadi pada kehidupanku yang kebanyakan biasa saja ini,tapi memang seperti itulah seharusnya film fiksi,membawa pengalaman baru "diluar" kebiasaan.

Roman adalah segmen dalam cerita yang mungkin paling tidak aku suka dalam film ini, film yang banyak melibatkan adegan ilmiah,rasio,logika serasa bertolak belakang dengan "adegan" yang didasari oleh cinta, setidaknya begitu subyektifku berkata.

Sial. Itu kata terakhirku setelah sederetan nama bermunculan secara vertikal menunjukkan bahwa film telah usai. Jika aku boleh menebak kembali, penikmat film psikologi (beberapa mengaitkan dengan film fucking mind dengan ke - khas - an alur ceritanya) akan terbagi kedalam dua kubu di film ini, "wow,keren hipnotisnya mbak ini" atau "hipnotis sebenarnya tidak sesimpel itu".  Dan tebakanpun boleh salah.

Saksi bisu : Aku Bukan Siapa-siapa

Masih mencoba untuk lebih jauh menulis. Tak ada tujuan lain. Sambil memenuhi janji yang terlampau terlambat,tak ada salahnya. Tujuanku melihat tumbuhnya kata dikepalaku,sedikit demi sedikit.

5 Januari 2008
Gelas di depanku tak lagi terlihat segar, mungkin karena cuaca hari terlalu panas. Jam menunjukkan pukul dua belas seperempat,itu berarti waktu istirahat siangku tinggal seperempat jam lagi.

Kujelaskan terlebih dahulu siapa diriku, aku bukan siapa-siapa,sama seperti kalian,aku hanya seorang pekerja kantoran biasa yang kalian lihat setiap pagi berangkat ke kantor dengan wajah terburu-buru,dan pulang dengan baju setengah basah oleh keringat dengan wajah yang berbeda-beda,karena kalian tidak ingat.

Seperti ornamen,aku selalu menghias setiap ruangan,setiap kisah,dan setiap drama yang kulihat,kudengar,dan kurasakan. Milikku, atau bukan. Bukankah kalian juga sama?pernah menjadi secuil cerita utuh beberapa orang?

Kembali ke halaman resto CR,tempat dimana kutaruh gelas yang tak segar tadi. Kulihat seorang pria di meja seberang berulang kali melihat jam tangannya,mungkin ini kali kelima. Tanpa analisis mendalampun aku tahu,ia menunggu seseorang.

Senyum kecil menghias bibirku,ketika kulihat wanita setengah berlari kearah pria itu,dan wajahnya tak lagi muram. "Lama ya pan?nunggunya? Maaf ya,tadi kerjaanku belum selese" ujar wanita itu, suaranya benar-benar kecil untuk seusianya,usia yang kurang lebih sama denganku,pertengahan dua puluhan.

Dengan tidak bermaksud menguping, kini aku tahu bahwa pria itu bernama Pan,dan wanita itu bernama Rani. Nama si pria kuketahui ketika namanya disebut berulang kali, dan Rani,wanita yang belum pernah kukenal, kuketahui namanya dari name-tag yang terpasang di dada kanannya,ternyata ia pegawai bank.

Tidak ada yang spesial dari mereka berdua,selain hubungan mereka yang terlihat dari cara mereka saling menyapa tadi,Pan si pria, berpenampilan kurang lebih sama denganku,rambut klimis dengan kemeja kotak-kotak dan dasi berwarna gelap. Sedangkan Rani si wanita,yang menurutku lebih menarik perhatian dengan rambut lurus sebahu,dan berparas manis menurut subyektifku. Pasangan yang ideal.

Obrolan mereka tidak terlalu serius, seputar pekerjaan, teman, gosip, dan hal wajar lainnya, sampai pan menegak minumannya dan menyalakan rokok.

"Kamu jadi berangkat ke Perancis, Ran?"

Aku melirik ke arah Rani,rasa penasaranku yang nakal memuncak.

"Itu...aku terpaksa Pan,kamu tahu ayah kan..."

Wajah Rani terlihat mulai gusar ketika ia menjawab pertanyaan itu.

"Lalu?"
Pan serasa kurang puas dengan jawaban itu.

"Lalu..lalu apa Pan?"
Entah Rani yang bersikap sok tidak tahu,tapi aku tahu arah pertanyaan Pan.

"Lalu kita bagaimana Ran?maksudku kita,hubungan ini?" Yang dikatakan Pan sesuai dengan dugaanku.

"Loh,kamu kan bisa....emm telpon aku?"
Rani dimataku hanya berusaha bersikap tenang,karena wajahnya mengatakan yang lain.

Keduanya lalu terdiam beberapa saat. Memberikanku waktu untuk menegak minumanku yang tinggal setengah gelas ini. Rasa penasaraan seperti menuntutku untuk mengetahui keutuhan drama ini. Namun setengah sadarku menyuruhku untuk pergi.

"Aku tidak bisa begini Ran,pertama kau tahu,ayahmu tak setuju denganku,dengan pangkat,jabatan,atau apalah,hal remeh-temeh itu. Lalu sekarang kamu dikirim pergi,kalau untuk bepergian mungkin aku bisa,tapi kalau sekolah?......ke Perancis.."

Aku merasa bersalah ketika mendengar ucapan Pan, tidak seharusnya aku mendengar ini,kini kesedihan Pan seakan kurasa pula. Kutenggak minumanku cepat-cepat sebelum aku mendengar terlalu jauh,dan sebelum aku berdiri untuk meninggalkan meja ini, kulihat Rani menutup mukanya dan air mata mengalir dari sela jarinya. Setidaknya kini Rani jujur dengan perasaannya.

Dan aku tak harus menjadi ornamen untuk mereka. Seharusnya.

17 Maret 2009

Seorang wanita muda,berambut ikal hitam dengan dandanan yang serba mewah,terlihat melambai kearah seorang pria yang berlari kearahnya,setelah sebelumnya duduk menunggu setengah jam di tengah pusat perbelanjaan.

Pria itu meminta maaf karena datang terlambat, dan wanita itu menjawab dengan senyuman ringan. Lengan pria itu digandengnya erat,lalu mereka berjalan bersama. Pan nama pria itu.