Saturday, February 1, 2014

Tahun yang terlambat

Lagi-lagi teringat puisi itu,

Air itu
Tak
Menggantung disana

Malam ini malam tahun baru, setidaknya begitu yang dikatakan orang, tapi tidak, tidak seperti yang aku dan kalian bayangkan, terompet,kembang api, iring-iringan kendaraan, senyuman bahkan suara yang memekakkan telinga, tidak. Semua itu tidak ada.

Sekarang aku masih duduk termenung melihat lalu lalang kendaraan, dan seorang ibu dengan wanita muda yang kurasa adalah putrinya, semua basah kuyup. Ya,hujan ini cukup deras,malahan termasuk salah satu hujan yang paling deras dalam sepekan ini. Entah kenapa, tapi hujan ini tidak berarti bagiku, di malam terakhir tahun ini.

Semangkuk bakso,lebih tepatnya semangkuk pentol daging lengkap dengan kuah dan sambalnya, sudah habis kusantap, dua batang rokok sudah kuhabisi khusus untuk menemani malam yang basah ini, mungkin batang ketiga menyusul sebentar lagi, jika otakku tak dapat diajak berkompromi untuk merangkai kata-kata.

Sebenarnya apa yang dapat dipetik dari tahun baru ini? Selain angka yang berubah di penghujung angka dua-ribu-belasan ini?banyak ungkapan-ungkapan yang tidak kumengerti betul, kata resolusi,introspeksi, dan upgrading banyak bertebaran menghias malam yang rasanya spesial ini, namun bagiku, hari ini tak lebih dari minggu pertama di Bulan Januari ini, karena minggu depannya lebih berarti bagiku.

Batang ketiga rokokku telah menyala,begitupun hujan yang seakan tidak akan menunjukkan belas kasihannya. Seorang yang kusebut "Dia" pun hanya termenung menghadap ponselnya, sepertinya ada yang menjadi pikirannya, dan semoga saja bukan aku. Jika berbicara tentang Dia, sebenarnya dia yang menyebabkanku terjebak di kursi yang keras ini, dan dia juga yang membuatku enggan beranjak menembus hujan malam ini. Lebih jauh, tidak, mungkin akan kubahas di lain waktu.

Kembali kepada puisi yang membuatku kembali menulis, puisi tersebut kubaca dari sebuah buku yang kupinjam dari salah seorang teman, itupun jika aku tidak salah ingat bagaimana bunyi puisi tersebut, semoga saja tidak. Puisi tersebut membawa sebuah arti, "bahwa semua yang ada di dunia ini berubah sebelum kita menyadarinya,terus berubah, seperti ketika kita melihat air yang menempel pada tiang besi yang melintang,ketika kita perhatikan lagi dengan seksama, sekejap itu pula air telah menghilang dari sana, menetes.

Setidaknya seperti itu yang aku rasa dari tahun baru yang cukup kelabu ini, meskipun sebenarnya aku tidak terlalu memperhatikan tahun-tahun baru sebelumnya, tidak lebih dari tiupan terompet dan percikan kembang api di awan hitam. Semua memang seharusnya berubah, dan pasti berubah, jam, hari, tanggal, tahun sudah pasti akan berganti maju, tidak akan mundur, semua biasa saja, tidak perlu melakukan sesuatu dalam rangka tahun baru, atau keluar malam dengan alasan "memperingati tahun baru". Jika ingin melakukan sesuatu, lakukan saja karena kamu ingin, bukan karena tahun baru. Tahun baru lebih nyaman dinikmati ketika kita menjadi semakin tahu apa yang ingin kita lakukan, karena kita sendiri, bukan karena menyambut tanggal merah esok.

Hari ini
Tak
Terlewat begitu saja

0 comments:

Post a Comment